Senin, 29 Agustus 2011

2 Parts and How it Works plant: Boiler


PLTU Paiton, Jawa Timur

Steam Power (power plant) consists of several major systems, ie:

1. Turbine & Generator

2. Boiler (Steam Generator)

3. Coal Handling System

4. Ash Handling System

5. Flue Gas System

6. Balance of Plant

Turbine & generator can be regarded as the heart of the plant, because of the electrical energy is generated. Generator which rotates with constant speed, generating electrical energy supplied to the network interconnection and then distributed to consumers.

Steam turbine (steam turbine) which serves to turn a generator, consisting of HP (high-pressure) turbine, IP (intermediate-pressure) turbine and LP (low-pressure) turbine.
Turbine & generator has some supporting equipment, the lubricating oil system and the generator cooling system.

Boiler (steam generator) function to convert water into steam. Very high-pressure steam produced by boilers used to rotate the turbine. Boiler is divided into several sub-systems, namely:

- Boiler steel structure house
- Pressure parts
- Coal system
- Water system
- Boiler Cleaning System
 
Boiler (Steam Generator)
As the name implies, the boiler house structure is steel building steel frame structure, in which all equipment installed steam generator. This steel frame building height between 50 m (plant capacity of 65 MW) to 100 m (600 MW capacity power plant).
Pressure part system is a major part of the steam generator. These sections serve to convert water into high pressure steam (superheated steam) at temperatures between 500-600 degrees C.
Water supplied to the boiler, first came into the economizer inlet header, continue to be distributed to the economizer elements, reconvening in eco outlet header and then piped into the steam drum. Backpass economizer is located in the area (at the back of the boiler house), while the steam drum at the front of the roof area.
Named economizer as part of this serves to raise the temperature of incoming water boiler by utilizing exhaust gases from the combustion of coal in the furnace area (combustion chamber). By preheating the boiler economizer this efficiency can be improved.
Due to heating by convection in the furnace and due to gravity, water in the steam drum water circulation had dropped to the lower water wall headers via pipe downcomers. From the lower waterwall headers again experienced water circulation by heat, water rises toward the upper wall-tube headers via the tube water wall panels. Then from the upper waterwall header restored water to the steam drum through riser pipes.
So the result of coal burning hot water undergoes a continuous circulation. This circulation causes the water in a water wall panels & steam drum partially transformed into steam.
In a large-capacity power plant, boiler circulation is assisted by water circulating pump mounted on the bottom of the pipe downcomers. Faster circulation will cause the speed of the water changes into steam are also greater.
Inside there is a steam separator drum which serves to separate the steam from the water. The steam is separated, from the steam drum steam is channeled to the roof inlet header connected to the boiler roof panel. Boiler roof panel that carries the steam back into backpass panel.
of backpass panels, steam is channeled into the Low Temperature superheater (LTS) that is in backpass area, above the economizer elements. of LTS steam superheaters channeled into Intermediate Temperature (ITS). Next through the superheater pipe-desuperheater, steam superheater was taken to High Temperature (HTS) elements to undergo the final heating process becomes superheated steam.
ITS and HTS elements located inside the furnace (coal combustion chamber) the top. Some boiler manufacturers give different names to the LT, IT and HT superheater.
Of High Temperature superheater outlet headers, superheated steam with temperatures of 500-600 degrees C and very high pressure to the steam turbine channeled through the main steam pipe.
In the small-capacity power plant, the steam goes to the High Pressure Turbine, continues to Low Pressure Turbine and out into the condenser. While the large-capacity power plant, after turning the HP turbine steam is brought back to the boiler through the cold reheat piping.
Inside the boiler the steam to warm up again in Reheater elements. Reheater elements are usually located between the furnace area and backpass area.
After having re-heating, steam reheated to Intermediate Pressure Turbine channeled through pipes Hot reheat. After turning Intermediate and Low Pressure Turbine, a new steam out into the condenser.

0 How it Works Boiler

Heat energy generated in the boiler system has a value of pressure, temperature, and flow rates that determine the use of steam to be used. Based on all three systems recognize circumstances boiler pressure low-temperature (low pressure / LP), and pressure-high temperature (high pressure / HP), with the difference that the utilization of the steam out of boiler systems used in a process to heat your fluid and run a machine (commercial and industrial boilers), or generating electrical energy by converting heat energy into mechanical energy and then turn a generator to produce electrical energy (power boilers). However, there are also combining the two boiler systems, which use pressure-high temperature to generate electrical energy, then the remaining steam from the turbine with low pressure-temperature conditions can be utilized in industrial processes with the help of a heat recovery boiler.


The system consists of boiler feed water systems, steam systems, and fuel system. Water system provides water to the boiler automatically as needed steam. Various valves are provided for purposes of maintenance and repair of the system feed water, feed water treatment is required as a form of maintenance to prevent damage from the steam system. Steam system collects and controls the production of steam in the boiler. Steam is directed through a piping system to the user's point. The entire system, steam pressure is set using the faucets and monitored with a pressure monitor. The fuel system is all the equipment used to provide fuel to generate the necessary heat. Equipment required on the fuel system depends on the type of fuel used on the system.

Minggu, 28 Agustus 2011

2 Siklus PLTU Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Sebuah pembangkit listrik jika dilihat dari bahan baku untuk memproduksinya, maka Pembangkit Listrik Tenaga Uap bisa dikatakan pembangkit yang berbahan baku Air. Kenapa tidak UAP? Uap disini hanya sebagai tenaga pemutar turbin, sementara untuk menghasilkan uap dalam jumlah tertentu diperlukan air. Menariknya didalam PLTU terdapat proses yang terus menerus berlangsung dan berulang-ulang. Prosesnya antara air menjadi uap kemudian uap kembali menjadi air dan seterusnya. Proses inilah yang dimaksud dengan Siklus PLTU.
Air yang digunakan dalam siklus PLTU ini disebut Air Demin (Demineralized), yakni air yang mempunyai kadar conductivity (kemampuan untuk menghantarkan listrik) sebesar 0.2 us (mikro siemen). Sebagai perbandingan air mineral yang kita minum sehari-hari mempunyai kadar conductivity sekitar 100 – 200 us. Untuk mendapatkan air demin ini, setiap unit PLTU biasanya dilengkapi dengan Desalination Plant dan Demineralization Plant yang berfungsi untuk memproduksi air demin ini.
Secara sederhana bagaimana siklus PLTU itu bisa dilihat ketika proses memasak air. Mula-mula air ditampung dalam tempat memasak dan kemudian diberi panas dari sumbu api yang menyala dibawahnya. Akibat pembakaran menimbulkan air terus mengalami kenaikan suhu sampai pada batas titik didihnya. Karena pembakaran terus berlanjut maka air yang dimasak melampaui titik didihnya sampai timbul uap panas. Uap ini lah yang digunakan untuk memutar turbin dan generator yang nantinya akan menghasilkan energi listrik.
Secara sederhana, siklus PLTU digambarkan sebagai berikut :
Siklus PLTU
Siklus PLTU
  1. Pertama-tama air demin ini berada disebuah tempat bernama Hotwell.
  2. Dari Hotwell, air mengalir menuju Condensate Pump untuk kemudian dipompakan menuju LP Heater (Low Pressure Heater) yang pungsinya untuk menghangatkan tahap pertama. Lokasi hotwell dan condensate pump terletak di lantai paling dasar dari pembangkit atau biasa disebut Ground Floor. Selanjutnya air mengalir masuk ke Deaerator.
  3. Di dearator air akan mengalami proses pelepasan ion-ion mineral yang masih tersisa di air dan tidak diperlukan seperti Oksigen dan lainnya. Bisa pula dikatakan deaerator memiliki pungsi untuk menghilangkan buble/balon yang biasa terdapat pada permukaan air. Agar proses pelepasan ini berlangsung sempurna, suhu air harus memenuhi suhu yang disyaratkan. Oleh karena itulah selama perjalanan menuju Dearator, air mengalamai beberapa proses pemanasan oleh peralatan yang disebut LP Heater. Letak dearator berada di lantai atas (tetapi bukan yang paling atas). Sebagai ilustrasi di PLTU Muara Karang unit 4, dearator terletak di lantai 5  dari 7 lantai yang ada.
  4. Dari dearator, air turun kembali ke Ground Floor. Sesampainya di Ground Floor, air langsung dipompakan oleh Boiler Feed Pump/BFP (Pompa air pengisi) menuju Boiler atau tempat “memasak” air. Bisa dibayangkan Boiler ini seperti drum, tetapi drum berukuran raksasa. Air yang dipompakan ini adalah air yang bertekanan tinggi, karena itu syarat agar uap yang dihasilkan juga bertekanan tinggi. Karena itulah konstruksi PLTU membuat dearator berada di lantai atas dan BFP berada di lantai dasar. Karena dengan meluncurnya air dari ketinggian membuat air menjadi bertekanan tinggi.
  5. Sebelum masuk ke Boiler untuk “direbus”, lagi-lagi air mengalami beberapa proses pemanasan di HP Heater (High Pressure Heater). Setelah itu barulah air masuk boiler yang letaknya berada dilantai atas.
  6. Didalam Boiler inilah terjadi proses memasak air untuk menghasilkan uap. Proses ini memerlukan api yang pada umumnya menggunakan batubara sebagai bahan dasar pembakaran dengan dibantu oleh udara dari FD Fan (Force Draft Fan) dan pelumas yang berasal dari Fuel Oil tank.
  7. Bahan bakar dipompakan kedalam boiler melalui Fuel oil Pump. Bahan bakar PLTU bermacam-macam. Ada yang menggunakan minyak, minyak dan gas atau istilahnya dual firing dan batubara.
  8. Sedangkan udara diproduksi oleh Force Draft Fan (FD Fan). FD Fan mengambil udara luar untuk membantu proses pembakaran di boiler. Dalam perjalananya menuju boiler, udara tersebut dinaikkan suhunya oleh air heater (pemanas udara) agar proses pembakaran bisa terjadi di boiler.
  9. Kembali ke siklus air. Setelah terjadi pembakaran, air mulai berubah wujud menjadi uap. Namun uap hasil pembakaran ini belum layak untuk memutar turbin, karena masih berupa uap jenuh atau uap yang masih mengandung kadar air. Kadar air ini berbahaya bagi turbin, karena dengan putaran hingga 3000 rpm, setitik air sanggup untuk membuat sudu-sudu turbin menjadi terkikis.
  10. Untuk menghilangkan kadar air itu, uap jenuh tersebut di keringkan di super heater sehingga uap yang dihasilkan menjadi uap kering. Uap kering ini yang digunakan untuk memutar turbin.
  11. Ketika Turbin berhasil berputar berputar maka secara otomastis generator akan berputar, karena antara turbin dan generator berada pada satu poros. Generator inilah yang menghasilkan energi listrik.
  12. Pada generator terdapat medan magnet raksasa. Perputaran generator menghasilkan beda potensial pada magnet tersebut. Beda potensial inilah cikal bakal energi listrik.
  13. Energi listrik itu dikirimkan ke trafo untuk dirubah tegangannya dan kemudian disalurkan melalui saluran transmisi PLN.
  14. Uap kering yang digunakan untuk memutar turbin akan turun kembali ke lantai dasar. Uap tersebut mengalami proses kondensasi didalam kondensor sehingga pada akhirnya berubah wujud kembali menjadi air dan masuk kedalam hotwell.
Siklus PLTU ini adalah siklus tertutup (close cycle) yang idealnya tidak memerlukan lagi air jika memang kondisinya sudah mencukupi. Tetapi kenyataannya masih diperlukan banyak air penambah setiap hari. Hal ini mengindikasikan banyak sekali kebocoran di pipa-pipa saluran air maupun uap di dalam sebuah PLTU.
Untuk menjaga siklus tetap berjalan, maka untuk menutupi kekurangan air dalam siklus akibat kebocoran, hotwell selalu ditambah air sesuai kebutuhannya dari air yang berasal dari demineralized tank.
Berikut adalah gambaran siklus PLTU secara lengkap. (Klik pada gambar untuk memperjelas).
Siklus PLTU Lengkap
Siklus PLTU Lengkap

0 Inside Power Station

Generator Stator Cooling Water System


The Stator Cooling Water (SCW) system is used to provide a source of de-mineralize water to generator winding for direct cooling of stator winding and associated component.

Strainer are to remove debris in the 20 to 50 microns or large and filter for 3 micron.
De-ionizing sub system is required to maintain low conductivity 0.1 μs/cm. High conductivity can cause a flashover to ground in the stator winding.
Many de-ionizing system use the mixed bed type, employing both a strongly acidic cation resin and a strongly basic anion resin.

The content of copper and iron in the SCW is normally less than 20 ppb. High concentration of either could cause conductivity problem.

When no leaks are present in the system, hydrogen content is s minimum. High hydrogen content into SCW can cause gas locking and conductivity problem.
The dissolved oxygen content of the SCW is controlled to prevent corrosion of the hollow copper strand. Corrosion product can build up and block the cooling water flow. Oxygen at 200 to 300 μg/l produces at highest corrosion rate. The content pf oxygen in the SCW is normally maintained at less than 50 ppb in hydrogen saturated and low oxygen type system, and without limit for open vented or high oxygen type system.


High Oxygen refer to air-saturated water with dissolved oxygen present in the SCW in the range of grater than 2000 μg/l (ppb) at STP. The high oxygen system is based on supposition that the surface of pure copper forms a corrosion resistance and adherent cupric oxide layer (CuO) that becomes stable in the high oxygen environment.


Low oxygen refer SCW with a dissolved oxygen content less than 50 μg/l (ppb). The low oxygen system is based on the supposition that pure copper does not react with pure water in the absence of dissolved oxygen. The upper limit is set by the corrosion rate that the water cleansing system can handle. The lower limit is set to the level where copper will not deposit on any insulating surface in the water circuit such as hose. This is to avoid electrical tracking path to ground. It has better heat transfer properties at copper/water interface and a lower copper ion release rate.


pH value is manufacturer specific. Generally, there are two modes of operation, Neutral and Alkaline.
Neutral pH (7) with low oxygen content less than 50 μg/l is work best. Oxygen at 200 to 300 μg/l produces the highest corrosion rate, but high oxygen over than 2000 μg/l will also work.
Alkaline pH refer to high pH value around 8.5. Again, low oxygen work is best. However high oxygen will also work. This method requires an alkalizing subsystem to keep the pH at the proper level.

The SCW inlet temperature is maintain below 50C and outlet limit is 90C. The pressure set to 5 psi below hydrogen pressure to minimize the possibility water leakage into the generator. The flow velocities are design specific and are based on such thing as heat carrying capacity of water, cross sectional flow area in each bar and corrosion effect on the copper.

Sabtu, 27 Agustus 2011

0 centrifugal pumps

The pump is a device or machine used to move liquids from one place to another through a medium piping by adding energy to the liquid is removed and continues over time.

The pump operates by the principle of making a difference in pressure between the entrance (suction) to the exit (discharge). In other words, the pump function transform mechanical power from a power source (driving) into kinetic energy (speed), where power is useful to drain the fluid and overcome the barriers that exist throughout the drainage.

Centrifugal pumps

One type of non-positive transfer pump is a centrifugal pump that works to change the principle of kinetic energy (velocity) of fluid into potential energy (dynamic) through an impeller which rotates in the casing.
In accordance with the data obtained, the reboiler pump debutanizer in Hidrokracking Unibon using centrifugal pump single - stage double suction.
Centrifugal Pump Classification

Centrifugal pumps can be classified, based on:

1. capacity:

     Low Capacity <20 m3 / h
     Medium capacity 20 -: - 60 m3 / h
     High-capacity> 60 m3 / h

2. Discharge Pressure:

     Low Pressure <5 Kg / cm2
     Medium pressure 5 -: - 50 Kg / cm2
     High pressure> 50 Kg / cm2

3. Number / composition of Impeller and Levels:

     Single stage: Consists of an impeller and a casing
     Multi stage: Consists of several impeller arranged in a single chassis series.
     Multi Impeller: Consists of several impeller arranged parallel in a single casing.
     Multi Impeller â "Multi-stage: The combination of multi-impeller and multi stage.

4. Position Axis:

     vertical shaft
     horizontal shaft

5. Suction Number:

     Single Suction
     Double Suction

6. Impeller exit flow direction:

     radial flow
     axial flow
     mixed fllow

Main parts of Centrifugal Pumps

In general, major parts of the centrifugal pump can be seen like-the following picture:


rumah pompa
                                                         Houses Centrifugal Pumps


A. Stuffing BoxStuffing Box serves to prevent leakage in the area where the shaft penetrates the pump casing.
B. PackingUsed to prevent and reduce the leakage of fluid from the pump casing through the shaft. Usually made of asbestos or Teflon.
C. Shaft (shaft)Shaft serves to continue the torque from the drive during operation and the locus of the impeller and other rotating parts.
D. Shaft sleeveShaft sleeve serves to protect the shaft from erosion, corrosion and wear of the stuffing box. In multi-stage pump can be as joint leakage, internal or interstage bearings and distance sleever.
E. VaneBlade of the impeller as a place of passage of fluid in the impeller.
F. CasingIs the outermost part of the pump that serves as a protective element that rotates, the seat of diffusor (guide vane), inlet and outlet nozzles as well as a place to give direction to convert the flow from the impeller and the fluid velocity energy into dynamic energy (single stage).
G. Eye of ImpellerThe side entrance on the direction of suction impeller.
H. ImpellerImpeller serves to convert the mechanical energy of the pump energy into velocity in the fluid being pumped continuously, so that the liquid on the suction side of continually going to fill the vacancy caused by the displacement of fluid that entered previously.
I. Wearing RingWearing the ring serves to minimize leakage of fluid passing through the front of the impeller and the back of the impeller, by minimizing the gap between the impeller casing.
J. BearingBeraing (bearing) function to withstand the burden of bearing and shaft to rotate, either in the form of radial loads and axial loads. Bearing also allows the shaft to rotate smoothly and remain in place, so that frictional losses become smaller.

 
K. CasingIs the outermost part of the pump that serves as a protective element that rotates, the seat of diffusor (guide vane), inlet and outlet nozzles as well as a place to give direction to convert the flow from the impeller and the fluid velocity energy into dynamic energy (single stage).

0 Boiler feed water pump

A boiler feedwater pump is a specific type of pump used to pump feedwater into a steam boiler. The water may be freshly supplied or returning condensate produced as a result of the condensation of the steam produced by the boiler. These pumps are normally high pressure units that take suction from a condensate return system and can be of the centrifugal pump type or positive displacement type.

Construction and operation

Feedwater pumps range in size up to many horsepower and the electric motor is usually separated from the pump body by some form of mechanical coupling. Large industrial condensate pumps may also serve as the feedwater pump. In either case, to force the water into the boiler, the pump must generate sufficient pressure to overcome the steam pressure developed by the boiler. This is usually accomplished through the use of a centrifugal pump.
Feedwater pumps sometimes run intermittently and are controlled by a float switch[citation needed] or other similar level-sensing device energizing the pump when it detects a lowered liquid level in the boiler. The pump then runs until the level of liquid in the boiler is substantially increased. Some pumps contain a two-stage switch. As liquid lowers to the trigger point of the first stage, the pump is activated. If the liquid continues to drop (perhaps because the pump has failed, its supply has been cut off or exhausted, or its discharge is blocked), the second stage will be triggered. This stage may switch off the boiler equipment (preventing the boiler from running dry and overheating), trigger an alarm, or both.
Another common form of feedwater pumps run constantly and are provided with a minimum flow device to stop overpressuring the pump on low flows.The minimum flow usual returns to the tank or deaerator.

Steam-powered pumps

Steam locomotives and the steam engines used on ships and stationary applications such as power plants also required feedwater pumps. In this situation, though, the pump was often powered using a small steam engine that ran using the steam produced by the boiler. A means had to be provided, of course, to put the initial charge of water into the boiler (before steam power was available to operate the steam-powered feedwater pump). The pump was often a positive displacement pump that had steam valves and cylinders at one end and feedwater cylinders at the other end; no crankshaft was required.


 


 

Jumat, 26 Agustus 2011

0 Steam Turbine

Why are they used for CHP?

Steam turbines have been generating electricity in America for years. Power generated
by steam turbines have been the first light bulb and encourage our ships for over 100 years. In fact, the first power plant (run by Thomas Edison to use a dynamo and is located in Pearl Street in New York City) is a CHP plant that generated electricity by using steam turbine. Excess steam used to heat homes. Today, most electricity produced in the United States to do so by a steam turbine. It is safe to say steam turbine technology is well known, well understood and proven.

Because the steam turbine run away from the steam produced by the boiler, it can support many various types of fuel. Natural gas, coal, nuclear, wood, municipal solid waste and more all can be used to run steam turbines. As a result, facilities that have excess waste products such as oil or wood tends to apply the steam turbine. As the picture below show, this time the steam turbine CHP system is run from a variety of fuels.


Another interesting feature of steam turbines is that they can be modified to fit any CHP system. Therefore, the steam turbine can be installed to match the pressure of the facility and temperature requirements. Furthermore, the steam turbine can be retrofitted into existing steam system. Furthermore, water and steam is very well understood. Using the steam table, we can know the exact nature of our working fluid at a given temperature and pressure. Therefore, the steam is very predictable.


Technology brief description:
 
Steam turbine is slightly different from other CHP prime mover in that they require separate boiler or "HRSG" (Heat Recovery Steam Generator) to make the working fluid (Steam). Sometimes, the plant will already have a boiler for the production process or to meet the burden of heating / cooling and instead of using "pressure reducing valve" for "Isenthalpically" reduce the vapor pressure, they will be running the steam through "Back pressure steam turbine" and generate electricity. In CHP applications, boiler or HRSG to generate steam that will be put through a steam turbine. steam turbine will produce electricity and steam exhaust the remaining can be used for hot water or heating / cooling.


The process of steam generation is the basis behind the "Rankine cycle". water heated to saturated liquid. From there, it is compressed into steam. steam transferred to a steam turbine where the pressure is reduced (typically to sub atmospheric pressure) by expansion over the turbine blades. This process produces
electricity. Low pressure steam is condensed back to liquid. The water, now called as the return of water, mixed with new water, referred to as "bait", and pumped back to the boiler. The figure below shows a diagram commonly used to describe the Rankine Cycle.


There are three types of steam turbines: condensing, non-condensing, and extraction. Condensing turbine is not used for CHP applications and therefore will not be discussed here. Non-condensing steam turbine is also referred to as "back pressure" steam turbine. Here, the expanded steam for steam and gas turbine exhaust is used to meet the needs of the steam facility. Expanded until it reaches the steam pressurefacility may be used. The figure below, taken from NREL, the schematic shows the process back pressure steam turbine.

Other types of steam turbines used in CHP applications is called extraction turbine. In the turbine, the steam extracted from the turbine at some intermediate pressure. this Steam can be used to meet the needs of the steam facility. The remaining steam expanded more and thicker. Extraction turbines can also act as a turbine inside. in entry turbines, steam turbines are added to the medium at some point. The figure below shows the process scheme of an extraction steam turbine.


Waste heat from the steam turbine (either collected through the exhaust or from the extraction), can be used to heating or cooling chamber, to process, or can be used to make a cold or  hot water. Steam turbine can also be part of the "combined cycle". In  process, the waste steam from electricity production process (ie waste generated steam  by gas turbines) is run through a steam turbine to generate more electricity. While this  very energy efficient, does not consider the CHP because there is no heating or cooling load is satisfied in each section. 

Steam system efficiency is difficult to calculate. 40-50% is a number that is usually attached to the steam turbine efficiency. However, this number can be misleading because it does not take into account boiler efficiency. Boilers are usually 80-85% efficient. If such a boiler is included in the steam system, then the efficiency of steam system drops to 32 to 42.5%. However, if the boiler is already in place and steam turbine was added later, then the general efficiency of the boiler does not need to be considered. Another thing to consider is if back pressure steam turbine replaces the pressure reducing valve or steam blow from practice, then any energy you can get is the energy efficient. The reason behind this is that the plant well before energy loss by expansion isenthalpic or just blow off excess steam. Now, these plants use of energy and therefore, when compared with the previous, more energy crops efficient.

cost:
Steam turbine boiler plus installation costs between $ 800 - $ 1000/kW. If the boiler is already in place, just a steam turbine installation cost alone is $ 400 - $ 800/kW. Maintenance costs for an estimated $ 0.004/kWhr steam turbine. steam turbine has been known to last more than 50 years with more than 99% availability. Table 1 gives the cost info for steam turbines only.

 
emissions:
Steam turbine does not emit anything themselves. However, emitting steam generator pollutants. Therefore, the emissions from a steam turbine system is highly variable and depending on the type of fuel used to create steam and the method by which steam made. Boiler will emit NOx, SOx, PM, CO, and CO2. Typical boiler emissions shown in the following table.


There are a variety of emission control technology for steam systems. Some These include: Flu-gas recirculation, low excess air firing, combustion control, using low nitrogen fuel oil, enter the water / steam to reduce NOx, non-selective catalytic reduction, selective catalytic reduction and others.
 

0 Abstract

Thermal barrier coated high pressure turbine blades were characterized before and after the service by microstructural analysis and Cr3+ photostimulated luminescence piezo-spectroscopy. Thermal barrier coatings, in this study, consisted of electron beam physical vapor deposited yttria partially stabilized zirconia (YSZ; ZrO2–8 wt.% Y2O3), vapor-deposited aluminide bond coat and Ni-base superalloy. Compressive residual stress in thermally grown oxide, measured by Cr3+ photostimulated luminescence piezo-spectroscopy, was observed to be in the order of 2.5not, vert, similar3.0 GPa and varied slightly as a function of substrate geometry. X-Ray diffraction and scanning electron microscopy equipped with energy dispersive X-ray spectroscopy were utilized to investigate the microstructural development of thermal barrier coatings. The as-deposited non-equilibrium tetragonal (t′) phase in the YSZ coatings was observed to decompose after the service, but the monoclinic (m) phase was only found in the YSZ coatings with concave substrate curvature on the pressure side of the HPT blade. Also, a significant sintering of ZrO2–8 wt.% Y2O3 coating after the service was observed in the microstructure. Localized spallation of YSZ occurred within the thermally grown oxide (mostly α-Al2O3) and within the ZrO2–8 wt.% Y2O3 coating for pressure and suction sides of the serviced high pressure turbine blade near the tip, respectively.
Author Keywords: Scanning electron microscopy; X-Ray diffraction; Thermal barrier coatings; Photostimulated luminescence spectroscopy; Turbine blade; Failure analysis

Rabu, 24 Agustus 2011

0 Power Generation & Turbine Alignment

Power Generation & Turbine Alignment

GKS can scan everything from small detailed parts to power plants, nuclear stations, pipes and more. Benefits of 3D long range scanning:

  • Size of scanned object is unlimited
  • Receive CAD models of the actual on-site conditions
  • Scanning projects performed worldwide
  • Scan in virtually any environment- light, dark, indoors, and outdoors
What is 3D Long Range Scanning?
A ground-based laser scanning technique for collecting high-density 3D geospatial data. Its purpose is to enable 3D scanning of very large-scale, complex entities. Both the inside and the outside of structures can be scanned, as well as natural environments for surveying and design purposes.

Using the highly accurate 3D scan data generated with long range scanning, engineers and designers can create CAD models of actual site conditions by processing the scan data into universally usable CAD models.

GKS has gained a wide range of experience, from 3D documentation of piping to entire facilities scanned. We pride ourselves on providing the highest accuracy of data and presenting the data in the most useful format to you. With over 25 years experience of 3D CAD and Digital content systems, we have the ability to transform the massively detailed information recorded by 3D laser scanning in to the correct end product for you.

From 3D Data GKS will provide you with:
  • As-built data to prevent disasters
  • Digital Site Survey
  • Dimensional Control
  • Asset Documentation
  • BIM/CAD Solutions
Applications of 3D Facilities Scanning:

Long range 3D laser scanning is invaluable in conditions when chemical process plants lack up-to-date site documentation. Compliance with the latest Occupational Safety and Health Administration (OSHA) requirements makes such documentation necessary for most facilities. Long Range laser scanning provides a fast and relatively inexpensive method to produce accurate drawings.

Laser scanning can document both the indoor and outdoor areas of existing facilities. The resulting 3D models can be used for many purposes such as measuring piping in process plants as is required for compliance with safety regulations. In a typical example, a small plant was scanned in 4 days compared to an estimated month that would have been required using manual measurement methods.

Laser Tracker Project: Steam Turbine Laser Alignment

8 TURBIN UAP

I. PRINSIP KERJA TURBIN UAP
Turbine Uap adalah mesin pengerak yang merubah secarlangsung energy yang terkandung dalam uap menjadi gerak putar pada poros. Yang mana uap ( steam yang diproduksi dari ketel uap / boiler ) setelah melalui proses yang dikehendaki maka uap yang dihasilkan dari proses tersebut dapat digunakan untuk memutar turbin melalui alat memancar ( nozzle ) dengan kecepatan relative, dimana kecepatan relative tesebut membentur sudu penggerak sehinga dapat menghasilkan putaran. Uap yang memancar keluar dari nosel diarahkan ke sudu-sudu turbin yang berbentuk lengkungan dan dipasang disekeliling roda turbin. Uap yang mengalir melalui celah-celah antara sudu turbin itu dibelokkan kearah mengikuti lengkungan dari sudu turbin. Perubahan kecepatan uap ini menimbulkan gaya yang mendorong dan kemudian memutar roda dan poros.
Jika uap masih mempunyai kecepatan saat meninggalkn sudu turbin berarti hanya sebagian yang energi kinetis dari uap yang diambil oleh sudu-sudu turbin yang berjalan. Supaya energi kinetis yang tersisa saat meninggalkan sudu turbin dimanfaatkan maka pada turbin dipasang lebih dari satu baris sudu gerak. Sebelum memasuki baris kedua sudu gerak. Maka antara baris pertama dan baris kedua sudu gerak dipasang satu baris sudu tetap ( guide blade ) yang berguna untuk mengubah arah kecepatan uap, supaya uap dapat masuk ke baris kedua sudu gerak dengan arah yang tepat. Kecepatan uap saat meninggalkan sudu gerak yang terakhir harus dapat dibuat sekecil mungkin, agar energi kinetis yang tersedia dapat dimanfaatkan sebanyak
mungkin. Dengan demikian effisiensi turbin menjadi lebih tinggi karena kehilangan energi relatif kecil.

II. JENIS TURBIN UAP
Secara umum jenis turbin dibedakan berdasarkan :

a. Berdasarkan transformasi energy yaitu:
- Turnbin impulse yaitu energy potensial uap diubah menjadi energy kinetic didalam nozzle.
- Turbin reaksi yaitu exspansi uap terjadi pada sudu pengarah dan sudu gerak

b. Berdasarkan tekanan uap keluar turbin yaitu:
- Back pressure yaitu uap yang telah dipakai diproses lagi dan digunakan untuk mengerakan sudu turbin sisi intermediate.
- Condensing yaitu uap masuk turbin langsung turun keproses pendingin.

c. Berdasarkan tekanan uap yang masuk turbin yaitu :
- Tekanan uap super kritis ( tekana uap diatas 225 bar )
- Tekanan uap tinggi ( tekana uap antara 88 – 224 bar )
- Tekanan uap menengah ( tekana uap antara 10 – 88 bar )
- Tekana uap rendah ( tekanan uap dibawah 10 bar )

d. Berdasakan pengaturan uap yang masuk ke turbin yaitu :
- Konstan dengan mengatur control valve ( dengan cara ditrotle ) dimana tekan uap dari boiler yang digunaka untuk memutar turbin diatur pada valve utama ( valve utama tidak terbuka penuh ) tetapi pengaturan putran msih mengunaka control valve / gavenor valve.
- Konstan dengan cara mengatur nozzle dimana tekan uap dari boiler yang digunakan untuk memutar turbin diatur pada control valve / gavenur valve sehinnga valve utama terbuka penuh.
- Dengan sistim sliding control yaitu uap masuk turbin langsung di control oleh satu valve.

e. Berdasrkan aliran uap yaitu :
- Turbin axial dimana fluida kerja / uap mengalir dengan arah yang sejajar terhadap sumbu turbin.
- Turbin raqdial dimana fluida kerja / uap mengalir dengan arah yang tegak lurus terhadap sumbu turbin.

f. Berdasarkan pemakaian dibidang industri yaitu:
- Yaitu turbin stasioner dengan tekanan konstan yang dipakai terutama untuk mengerakan generator.
- Yaitu turbin stasioner dengan tekana bervariasi banyak dipakai untuk mengerakan pompa, fan, blower dll.
- Yaitu turbin tidak stasioner dengan putan yang bervariasi turbin jenis ini banyak dipakai pada indutri perkapalan.

g. Berdasarkan typenya
- Single casing , untuk turbin – turbin yang bersekala kecil ( blower, fan , bfpt, generator dengan kapasitas < 50 MW dll )
- Double casing , untuk turbin – turbin yang bersekala besar ( generator diatas 50 MW )

III. FUNGSI KERJA TURBIN
Fungsi kerja dari turbin uap secara umum suatu peralatan / equipment yang digunakan untuk memutar Generator, dimana media yang digunakan untuk memutar turbin adalah uap panas lanjut ( uap kering ) yang terlebih dulu diproses didalam boiler. Banyak pula pada peralatan – peralatan seperti pompa , fan , blower yang digerakan oleh turbin.

IV. SIKLUS FLUIDA KERJA PADA TURBIN UAP
Siklus ideal yang terjadi didalam turbin adalah siklus Renkine ; Air pada siklus 1 dipompakan, kondisinya adalah isentropik s1 = s2 masuk ke boiler dengan tekanan yang sama dengan tekanan di kondenser tetapi Boiler menyerap panas sedangkan kondenser melepaskan panas, kemudian dari boiler masuk ke turbin dengan kondisi super panas h3 = h4 dan keluaran dari turbin berbentuk uap jenuh dimana laju aliran massa yang masuk ke turbin sama dengan laju aliran massa keluar dari turbin, ini dapat digambarkan dengan menggunakan diagram.
Menurut Hukum pertama Thermodinamika, kerja yang dihasilkan oleh suatu proses siklus adalah sama dengan Jumlah Perpindahan Kalor pada fluida kerja selama proses siklus tersebut berlangsung. Jadi untuk proses Siklus 1 – 2 – 2’ – 3 – 3’ – 4 – 1 Dalam kenyataan Siklus sistem Turbin Uap menyimpang dari Siklus Ideal (Siklus Rankine ) antara lain karena faktor tersebut dibawah ini :

1. Kerugian dalam pipa atau saluran fluida kerja, misalnya kerugian gesekan dan kerugian kalor ke atmosfer disekitarnya .
2. Kerugian tekanan dalam ketel uap
3. Kerugian energi didalam turbin karena adanya gesekan pada fluida kerja dan bagian-bagian dari turbin.

Tetapi didalam siklus terjadinya steam yang digunakan untuk memutar turbin pada semua pltu , dan untuk mendapatkan hasil yang seefisien mungkin maka perlu ditambah peralatan – peralatan pendukung agar steam yang dihasilkan menjadi steam yang kwalitasnya baik.

V. SILABUS TURBIN UAP PADA PEMBANGKIT LISTRIK
1. MAIN TURBIN
2. TURBIN VALVE
3. FRONT STANDARD
4. TURNING GEAR

VI. URAIAN UMUM TURBIN UAP
Type turbin yang terpasang pada pembangkit listrik di Rembang adalah N300-16.7/537/537-8 ( combined casing ) dengan Manufaktur dari Dong – fang steam turbin factory. Dengan fitur turbin meliputi :
- Sub-critical
- Intermediate Reheating
- Double Casings with 2 Steam Exhaust
- Condensate Type

Jenis trurbin yang tepasang adalah double casing dan dua exhaust , dimana posisi HP dan IP digabung jadi satu casing, tetapi karena tekanan dan temperature tinggi sehingga untuk posisi HP di design dengan double casing dan untuk IP dibuat simetris dan mersap dengan dua lapisan casing dimana fungsinya untuk mengurangi
termal stress pada casing, pada HP steam yang telah dipakai diproses kembali diboiler dan dialirkan ke IP turbin dan ke LP Turbin kearah depan dan belakang lalu terakir masuk ke condenser.

VII. BAGIAN – BAGIAN TURBIN
a. CASING
Didalam structur turbin casing dibedakan menjadi 2 bagian yaitiu outer casing dan inner casing dimana:
Outer casing terdapat pada HIP sisi Upper dan Lower sedangkan untuk LP hanya sisi Upper , material yang dipakai harus mampu menahan tekanan dan temperature tinggi . kedua casing tersebut diikat dengan mengunakan baut dengan ukuran yang berbeda-beda. Inner casing terdapat pada HP dan LP sisi Upper dan Lower dengan material yang juga harus mampu menahan tekanan dan temperature tinggi , kedua casing tersebut diikat dengan menggunakan baut dan juga ukurannya berbeda – beda.

b. ROTOR
Rotor adalah bagian terpenting dari suatu kontruksi turbin yang berputar , dimana fungsinya sebagai pengikat sudu –sudu turbin , pada sisi HIP terdapat 15 blade yaitu 9 stage pada HP dan 6 stage pada IP , pada HIP rotor juga terconect main oil pump yang posisinya pada unjung rotor HIP sisi depan , sedangkan sisi belakang terdapat Thrush dish / collar dan juga coupling flange . untuk LP rotor terdapat 2 x 6 stage ( stage ini lebih dikenak sisi positif dan negative ) , pada ujung sisi belakang juga terconect reduzer gear yang fungsinya untuk fasilitas memutar rotor pada saat akan peroperasi , juga terconect coupling flange pada sisi depan dan belakang.

c. NOZZLE
yang dilalui uap pertama kali masuk kedalam sudu turbin disebut Nozzle Box ,Nozzle / sudu tetap sendiri merupakan inner part turbin yang fungsinya sebagai alat untuk mengarahkan , menampah tekanan uap untuk memutar sudu ( blade ) turbin , nozzle –nozzle ini terpasang pada casing sisi upper dan lower baik pada HIP maupun LP , sedangkan pada HP terpasang pada inner casing . sedangkan sedangkan yang tersentuh oleh uap didalam nozzle box disebut Fist stage ( Curtis) . untuk penempatan masing – masing nozzle , pada HP dimulai dari no 2 – 9, sedangkan no 1 nozzlenya ikut dengan nozzle box. Untuk IP penempatan masing
– masing nozzle terbagi menjadi 2 bagian yaitu nutuk nozzle no 1-3 terpasang pada blade carrier #1 sedanhgkan nozzle 4-6 terpasang pada blade carrier #2 hal ini dimaksudkan agar kebocoran uap dapat dikuarangi.

d. WHEEL
Wheel merupakan kumpulan rangkaian sudu-sudu jalan yang terangkai padashaft rotor dan diikat dengan shroud dan dikunci dengan cougkling dan dibuatper segmet sesuai dengan design dari engineering pabrikan.

e. GLAND LABYRITH
Merupakan suatu inner part dari turbin yang fungsinya sebagai perapat uap ( steam ) antara rotor dengan stator ( wheele dengan wheele yang lainnya ) dimana posisi nya dekat dengan shaft rotor disebut Gland labyrinth.

f. RADIAL SPILL TRIP
Merupakan suatu inner part dari turbin yang fungsinya sebagai perapat uap ( steam ) antara rotor dengan stator ( wheele dengan wheele yang lainnya ) dimana posisi nya dekat dengan rotor disebut Radial spill trip dan diikat dengan baut pengikat agar kekakuan dari nozzle tersebut menjadi lebih baik.

g. BEARING
Bearaing merupakan suatu bagian inner part utama dari turbin yang fungsinya sebagai support / daya lincir untuk shaft turbin dari gaya radial , type bearing yang terpasang pada unit ini adalah Tilting – pad bearing dan Elliptical bearing. Untuk type tilting – pad bearing terpasang pada posisi bearing no 1 dan no 2 ,
sedangkan untuk Elliptical bearing terpasang pada posisi bearing no 3 dan no 4.

h. OIL DEFLECTOR
Oil deflector merupakan bagian dari inner part yang terpasang pada sisi depan dan belakang dari bearing , yang fungsinya sebagai seal atau perapat agar pelumas ( oil ) tidak terjadi cross air pada saat pelumasan pada bearing beroperasi .

i. TRUSH BEARING
Trust bearing merupakan bagian dari bearing turbin yang fungsinya menahan gaya axial pada saat turbin beroperasi , posisi trust bearing ini berada diantara trust dish yaitu posisi aktif dan pasif ( self – positioning dan positioning ) trust bearing ini terdiri 11 segment , yaitu 11 segment posisi aktif ( positioning ) dan 11
segment posisi pasif ( self – positioning ) kemampuan daya dorong dari trust –pad minimum sebesar 121.8 kN sedang mampu menahan gaya dorong maximum sebesar 131.53 kN. Hal ini untuk mengantisipasi apabila terjadi ganguan yang mengakibatkan unit mati / trip.

j. TRUSH DISH / COOLAR
Trust dish adalah bagian dari turbin yang digunakan untuk tumpuan dari trust – pad , trust dish ini di design menyatu pada HIP rotor setelah shaft tumpuan bearing.

k. MAIN OIL PUMP
Main oil pump merupakan peralatan yang juga install pada HIP Shaft rotor yang diikat dengan baut , dan ditempatkan pada sisi depan turbin ( posisi pada front standard ) yang fungsinya sebagai pompa pelumas bearing.


VIII. TURBIN VALVE
Turbin valve dalam pembangkit merupakan bagian terpenting dalam perakitan / assembly turbin uap karena valve tersebut merupakan safety bagi turbin itu sendiri , karena masuknya kosumsi uap yang diperlukan bagi turbin diatur oleh valve.

Bagian – bagian valve yang terinstall di turbin antara lain :
a. Main Stop Valve ( MSV )
Main stop valve merupakan valve utama yang fungsinya sebagai pemblockit uap yang akan masuk ke turbin setelah melalui proses di boiler , main stop valve yang terpasang ada 2 unit yaitu terpasang kanan dan kiri salah satu dari main stop valve pada stem dishnya didesign ada bypassnya yang fungsinya sebagai pemanas
awal bagi CV ( control valve ), cara kerja dari main stop valve ini closed-open.

b. Control Valve ( CV / Gavenur Valve )
Control Valve merupakan valve yang fungsinya sebagai pengontol jumlah kebutuhan uap yang akan masuk kedalam turbin , jumlah control valve yang terpasang sebanyak 4 buah dengan urutan nomer 1 – 3 – 4 – 2 , dimana line yang masuk no 1 dan 2 dipasang sisi atas ( upper ) sedangkan no 3 dan 4 dipasang sisi bawah
( lower ).

c. Combained Reheat valve ( CRV )
Combained reheat valve adalah combinasi antara MSV dan CV dimana susunan kontruksi dari CRV terdapat dua funsi yaitu IV = intersave valve dan RSV = reheat stop valve yang fungsinya sama dengan Main stop valve dan control valve dimana untuk CRV , RSV = full open sedangkan IV = sebagai gavenor valvenya.

IX. FRONT STANDARD
Front Standard Merupakan bagian utama dari rangkaian turbin uap dimana didalam ya terdapat rangkaian peralatan – peralatan pendukung dalam tercapainya fungsi turbin uap menjadi lebih baik dan handal , peralatan didalam front standart antara lain :
a. Main Oil Pump
b. Speed Control
c. Mechanical Trip
d. Tumpuan / Support bagi Bearing Turbin No 1
Pada front standart tertup karena peralatan yang ada didalamnya banyak yang mengunakan media oil untuk proses operasinya sehingga untuk menjaga agar fungsi dari oil tidak berubah .

X. TURNING GEAR
Fungsi dari Turning gear adalah perangkat Turbin Uap yang berfungsi untuk memutar rotor Turbin Generator pada putaran rendah ( 5 – 10 rpm ) yang funsinya untuk menjamin pemanasan / pendinginan rotor yang merata sehingga menggurangi kemungkinan terjadinya bengkok pada rotor. Selain itu turning Gear juga mempunyai funsi lain yaitu memberikan gerak awal pada saat turbin akan di start sehingga dapat mengurangi gesekan statis pada bantalan ( Bearing Turbin – Generator ) Pada umumnya turning gear dipasang pada turbin diantara turbin low pressure ( LP ) dengan Generator. Turning gear sendiri terdiri dari gear-gear ( roda gigi ) yang tersusun / terangkai dan digerakan oleh motor listrik dan salah satu rangkaian roda gigi dihubungkan dengan roda gigi yang terpasang pada rotor ( poros turbin ). Pada saat roda gigi turning gear terhubung dengan roda gigi poros turbin disebut “ ENGAGE “ Apabila kondisi engage, maka bila motor turning gear berputar , rotor turbin generator akan berputar.dengan putaran rendah. Bila uap ( steam ) sudah masuk ke turbin dan mendorong sudu – sudu turbin dan putaran turbin mulai meninggakat maka turning gear yang engage dengan roda gigi poros turbin generator akan terlepas. Jadi roda gigi turning gear tidak lagi terhubung lagi dengan roda gigi pada poros turbin . Kondisi seperti ini disebut “ DISENGAGE”.

XI. JACKING OIL
Funsi dari Jacking oil adalah menggangkat poros turbin pada saat turbin akan operasi ( start ) maupun kondisi turbin shut down . Line discharge pada jacking oil terkonect pada bearing no 3 dan 4 pada sisi LP turbin
dan bearing no 4 dan 5 sisi Generator. Fungsi yang lain yaitu menjaga agar kondisi bearing tidak terjadi gesekan statis yang berlebihan antara poros turbin dengan babit bearing. Presuure yang diagunakan untuk dapat mengangkat poros turbin berkisar antara 12– 14 Mpa.




















1 CONDENSER

I. PRINSIP KERJA CONDENSER
Condenser disebut juga preserure vessel dimana fungsinya untuk membantu merubah /mengkondensasikan uap yang keluar dari LP turbin ( setelah melewati Last stage / stageterakir pada LP turbin ).Setelah LP Turbin diputar steam kemudian steam akan mengalir menuju Condenser untukdidinginkan dan berubah menjadi air. Jumlah condenser yang tepasang pada sisi LP turbinada yang tepasang satu dan ada yang terpasang dua ( A dan B ) yang letaknya dibawah LPTurbin . Proses yang terjadi steam bersentuhan langsung dengan pipa yang didalamnyadialiri pendingin berupa air laut yang supplynya dari pompa CWP . Kondensasi ini mengubah steam menjadi air yang kemudian ditampung di Condensaate Hot Well. Air laut selain berfungsi sebagai media heat transfer juga berfungsi untuk mendinginkan kondenser jugamendinginkan Closed Cooling System (air pendingin). Closed Cooling System ini mendinginkan berbagai peralatan yang membutuhkan pendinginan seperti Air Compressor,Pump dan Generator Stator Cooling dan juga penting untuk mendinginkan oli untuk
pelumasan Turbin. Proses pertukaran panas antar Close Cooling dengan air laut terjadi pada alat yang disebut Heat Exchanger.Karena adanya Blowdown pada Steam Drum, maka untuk mengembalikan volume air ke volume semula, pada Condenser terdapat Make-Up Water untuk menambah volume air.Make Up water diambil dari Make Up Demineralizing yang dihasilkan dari air tanah yangtelah diproses untuk dijadikan air distilate . ada yang melalui system RO , ada yang melalui system Desalination dan kesemuanya diproses terlebih dahulu di WTP. Condenser bekerja dalam kondisi vakum, hal ini dikarenakan proses kondensasi yang terjadi yaitu perubahan steam ke air menyebabkan berkurangnya volume. Untuk menjaga agar kondensor dalam keadaan vakum, maka gas-gas yang dilepas dari steam (ketika steam berubah menjadi air)
dipompa keluar oleh vakum pump. Alasan lain keadaan vakum adalah efisiensi, steam yang diambil dari turbin adalah Enthalpi Steam (selisih steam masuk dan keluar) sehingga tekanan diminimalkan agar energi yang dimanfaatkan semakin besar karena Enthalpinya juga besar.

II. SYSTEM PEMELIHARAAN PADA CONDENSER

Pemeliharaan yang sering dilakukan pada condenser antara lain :
a. PM ( Preventive Maintenance ) yaitu check level baik sisi control maoaupun sisimecaniknya
b. Check kondisi semua flange yang berhubungan dengan vacuum maupun sisiwaternya.
c. Check kwalitas air hot wall ( kemungkinan dapat tercampur dengan air laut bila terjadi tube condenser bocor )
d. Corrective dapat dilakukan bila tube bocor dengan mematikan salah satu sisi tube
e. Bila kondisi overhoule atau pekerjaan pada saat unit mati dilakukan cleaning tube dan juga test kebocoran dengan cara hydraulic pressure dengan media uadara maupun air , eddy current , PT check untuk sisi dinding tube ( tube baffle ).

III. SYSTEM PENGAMAN PADA CONDENSER
Sistem pengaman sangatlah penting pada semua peralata berputar maupun tidak berputar . pada condenserpun juga terpasang system pengaman antaralain:
a. Level low dan High
b. Temperatur High , tapping ini terpasang pada sisi LP turbin
c. Vaccum breaker
d. Vacuum Low

IV. SPESIFIKASI CONDENSER
Spesifikasi condenser yang terpasang pada PLTU rembang adalah Model : N-13760 , single shell , double pass , surface type , Ti cooling pipe , cooling surface : 13760 m² , cooling water flow : 49712.5 t/h.

0 Macam-Macam Valve


Valve yang sering ditemui di Plant adalah sebagai berikut :
 
1. Gate valve
2. Globe valve
3. Angle valve
4. Needle valve
5. Plug valve
6. Ball valve
7. Butterfly valve
8. Diahpgram valve
9. Pinch valve
10. Check valve
11. Relieve valve
12. Safety valve

Berikut akan dibahas satu persatu dari point-point diatas :
 
1. Gate valve
Gate valve mudah dikenali karena mempunyai body dan stem yang panjang. Kegunaan utama dari gate valve adalah hanya untuk menutup dan membuka aliran (fully closed & fully opened position), on/off control dan isolation equipment

Gate valve tidak bisa digunakan untuk mengatur besar kecilnya aliran (regulate atau trotthling). Karena akan merusak posisi disc nya dan mengakibatkan valve bisa passing pada saat valve ditutup (passing = aliran tetap akan lewat, walaupun valve sudah menutup), disc tidak menekan seat dengan baik yang diakibatkan karena posisi disc sudah berubah (tidak rata lagi). 

Pada saat Gate valve terbuka sebagian (misal 50% opening), maka aliran fluida akan sebagian lewat dibawah disc yang menyebabkan turbulensi (turbulensi = aliran fluida yang bergejolak) pada aliran tersebut, turbulensi ini akan menyebabkan 2 hal: 

i. Disc mengayun (swing) terhadap posisi seat, sehingga lama kelamaan posisi disc akan berubah terhadap seat sehingga apabila valve menutup maka disc tidak akan berada pada posisi yang tepat, sehingga bisa menyebabkan passing

ii. Akan terjadi pengikisan (erosion) pada badan disc.
Nama “Gate valve” diambil karena bentuk disc dari jenis valve ini pada saat menutup atau membuka berlaku seperti “Gate” (Gate dari bahasa inggris = Gerbang/Pagar). Dimana saat disc membuka keatas maka seluruh aliran akan bebas masuk tanpa hambatan yang berarti, namun pada saat disc tertutup rapat maka aliran akan berhenti tertahan oleh disc tersebut.
Berikut adalah contoh gambar dari Gate valve:

2. Globe valve
Globe valve merupakan salah satu jenis valve yang dirancang untuk mengatur besar kecilnya aliran fluida (regulate atau trotthling). Pada dasarnya bagian utama dari Globe valve ini sama saja dengan Gate valve. Yaitu terdiri dari body, seat, disc, bonnet, stem, packing dan gland.
Globe valve dengan gate valve bentuknya hampir sama, tetapi ada ciri-ciri tertentu yang dapat di jadikan acuan untuk membedakan antara keduanya, yaitu:

i. Pada bagian dalam valve, disc dan seat nya berbeda. Perbedaan disc dan seat ini menyebabkan terjadi profil (pola) aliran yang berbeda. Bentuk dari disc dan seat inilah yang menyebabkan globe valve dapat diandalkan sebagai throttling valve. Aliran fluida saat melewati globe valve akan mengalami sedikit hambatan sehingga akan terjadi pressure drop yang lebih besar dari gate valve, pertama aliran akan mengenai seat lalu membelok keatas melewati dan mengenai seluruh bagian disc, lalu aliran akan dibelokkan lagi ke arah yang sama.
Seperti yang terlihat dibawah ini:

ii. Pada bagian luar, body dari globe valve terlihat lebih menggelembung.
Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini:

Khusus untuk globe valve yang menangani fluida steam, maka biasanya valve akan dilengkapi dengan back seat yang terletak berhadapan dengan seat. Back seat ini berperan sebagai pelapis pelindung bagian atas globe valve mencegah steam untuk menerobos masuk. 

Beberapa contoh valve tetapi masih termasuk dalam jenis Globe valve:
i. Angle valve
Termasuk jenis globe valve, digunakan untuk mengubah aliran sebesar 90 derajat. Valve ini bisa digunakan juga sebagai pengganti elbow. Contoh gambar Angle valve:

ii. Needle valve
Termasuk jenis globe valve, digunakan untuk mengatur secara lebih akurat aliran yang pressure rendah. Bentuk disc nya panjang dan kecil seperti paku.
Contoh gambar Needle valve:

3. Rotation valve
Dikatakan rotation valve karena valve membuka dan menutup dengan cara rotasi pada disc. Valve - valve dibawah ini berbeda dengan gate valve dan globe valve dalam hal cara membuka dan menutup valve. Pada gate valve dan globe valve, kita diharuskan memutar handwell, namun untuk rotation valve, kita bisa membuka dan munutup valve hanya dengan memutar handle valve sebesar 90 derajat. Oleh karena itu valve jenis ini bisa membuka dan menutup lebih cepat dari gate valve ataupun globe valve. 

Handle pada valve tipe ini adalah pengganti handwell pada gate valve dan globe valve. Hal penting yang harus diperhatikan adalah, pada posisi valve fully open maka handle akan searah dengan aliran atau pipa, namun jika posisi valve fully close maka posisi handle tidak searah dengan aliran atau pipa, melainkan akan membentuk sudut 90 derajat dengan aliran atau pipa. 

Yang termasuk jenis ini adalah: Plug valve, Ball valve dan Butterfly valve.
i. Plug Valve
Secara umum, kegunaan dari plug valve adalah untuk fully open dan fully close (isolation atau on/off control). 

Bagian - bagian utama plug valve sama saja dengan gate valve ataupun globe valve. Yaitu body, stem, packing bolt, seal, plug. Seal sama fungsinya dengan packing, packing bolt sama fungsinya dengan gland nut atau gland, sedangkan plug sama fungsinya dengan disc tapi bentuknya berbeda. 

Plug ini digunakan untuk mengontrol (membuka dan menutup) aliran pada plug valve, plug mempunyai celah atau lubang tempat aliran lewat. Saat handle diputar menuju open position maka plug akan berputar secara rotasi terhadap seat dan bagian yang bercelah akan melewatkan aliran. Namun pada saat handle diputar pada close position maka plug akan berputar secara rotasi terhadap seat dan bagian yang tak bercelah akan menahan aliran, sehingga aliran pun akan berhenti.

Plug harus rapat dengan body, agar tidak terjadi kebocoran ( leaking ) atau passing. Antara plug dan body akan terjadi gesekan (friction), maka untuk menimalkan efek gesekan tersebut, pada daerah sentuhan plug dan body diberikan pelumas. 

Karena itu ada type plug valve yang mempunyai tempat pengisian pelumas diatas stem, ada juga yang sudah diberikan pelumas dari pabrik pembuatnya, ada juga yang yang tidak membutuhkan pelumas namun pada daerah sentuhan sudah dilapisi material teflon, jenis ini dinamakan self lubricating.

Jenis - jenis valve yang lain yang masih termasuk plug valve adalah:
a. Three way plug valve
Yaitu jenis plug valve yang mempunyai 3 port (sambungan), 1 untuk inlet dan 2 untuk outlet. Dengan menggunakan valve ini maka dengan mudah kita dapat mengarahkan outlet kearah aliran/pipa yang dikehendaki.

b. Four way plug valve
Biasa digunakan pada fluida cooling water yang melewati heat exchanger, dimana aliran cooling water bisa dengan mudah dibalikkan arahnya dengan tujuan untuk membersihkan heat exchanger tersebut dari kotoran-kotoran (fouling, sediment, solids).

ii. Ball valve
Secara sederhana, Ball valve sama saja dengan plug valve, tetapi bentuk disc nya berbeda. Dinamakan Ball valve karena bentuk disc nya ini bulat seperti bola, dan bentuk body nya silinder.

Ball valve digunakan juga sebagai on/off valve, fully opened atau fully closed valve, dan handal untuk aliran fluida yang mengandung partikel-partkel solid (slurry).

Sama seperti plug valve, ball valve juga membuka dan menutup dengan cara rotasi pada disc sehingga dapat membuka dan menutup lebih cepat. Ball valve juga mempunyai handle yang sama dengan plug valve, dimana pada posisi valve fully open maka handle akan searah dengan aliran atau pipa, namun jika posisi valve fully close maka posisi handle tidak searah dengan aliran atau pipa, melainkan akan membentuk sudut 90 derajat dengan aliran atau pipa. 

iii. Butterfly valve
Butterfly valve digunakan untuk mengontrol (trhottling/regulate valve) aliran fluida yang bertekanan rendah.
Bagian-bagian utama pada valve ini sama saja dengan valve-valve yang diatas, yaitu body, disc, seat, dan handle. Disc nya berbentuk piringan yang tipis. Seat nya, melingkar mengikuti bentuk disc. Handle nya berbeda dengan type plug valve dan ball valve, karena mempunyai lever yang harus kita tekan apabila ingin membuka dan menutup valve dan kita lepaskan apabila telah sampai ke posisi yang kita inginkan. Lever inilah yang akan membantu disc untuk mengunci rapat.

bagian bawah handle dan lever terdapat skala (scale) yang digunakan untuk pembacaan posisi valve opening atau valve closing.
Butterfly valve juga membuka dan menutup dengan cara rotasi pada disc sehingga dapat membuka dan menutup lebih cepat. Dan mempunyai handle yang sama dengan plug valve, dimana pada posisi valve fully open maka handle akan searah dengan aliran atau pipa, namun jika posisi valve fully close maka posisi handle tidak searah dengan aliran atau pipa, melainkan akan membentuk sudut 90 derajat dengan aliran atau pipa. 

4. Diaphgram valve
Diaphgram valve bisa digunakan untuk mengatur aliran (trhottling) dan bisa juga digunakan sebagai on/off valve. Diaphgram valve handal dalam penanganan material kasar seperti fluida yang mengandung pasir, semen, atau lumpur, serta fluida yang mempunyai sifat korosif.

Diaphgram valve mudah dikenali karena bentuk bonnet nya yang menggembung seperti lonceng. Diaphgram valve mempunyai stem, handwell, plunger dan diaphgram stud yang menjadi satu, diaphgram, seat dan body. Diaphgram valve tidak mempunyai disc, tetapi sebagai pengganti disc adalah diaphgram itu sendiri. Dimana valve ini akan menutup jika plunger menekan diaphgram, dan akan terbuka jika plunger naik keatas. Saat menutup valve ini, juga tidak boleh terlalu kencang, karena bisa merusak diaphgram.

5. Pinch valve
Pinch valve digunakan untuk menangani fluida yang berlumpur, endapan, dan yang mempunyai partikel-partikel solid yang banyak serta fluida-fluida yang mempunyai kecenderungan untuk terjadi kebocoran (leak).

6. Check valve
Check valve digunakan untuk membuat aliran fluida hanya mengalir kesatu arah saja atau agar tidak terjadi reversed flow/back flow.
Bentuk check valve sama saja dengan gate valve tapi valve ini tidak mempunyai handwell/handle maupun stem. Secara umum ada 3 macam check valve yang cara kerjanya sama saja namun aplikasi nya terhadap material fluida yang berbeda. yaitu: Swing check valve, Lift check valve, dan Ball check valve.

Swing check valve, penggunaan untuk fluida gas ataupun liquid yang tidak mengandung partikel padat (solid)

Lift check valve, penggunaan untuk fluida steam, gas, maupun liquid yang mempunyai flow yang tinggi

Ball check valve, penggunaan untuk fluida liquid yang mengandung partikel padatan.

7. Relieve valve dan Safety valve
Kedua valve ini digunakan untuk melepaskan (release) tekanan (pressure) pada suatu sistem agar tidak membahayakan alat (equipment), personnel yang sedang bekerja, dan untuk kepentingan proses itu sendiri.
Antara kedua valve ini terdapat penggunaan istilah yang seringkali tertukar satu sama lain. Kadang Relieve valve dianggap Safety valve dan kadang juga Safety valve dianggap Relieve valve. Namun, sebenarnya perbedaan mendasarnya adalah cara kerjanya itu sendiri, Relieve valve akan membuka perlahan-lahan apabila terjadi kelebihan (excess) pressure dan akan menutup kembali apabila pressure telah kembali normal. Relieve valve lebih cocok diaplikasikan ke fluida liquid. Sedang Safety valve, akan membuka secara sangat cepat langsung 60% opening apabila terjadi excess pressure. Dan akan menutup kembali hanya apabila pressure telah berada dibawah pressure normal (set point). Safety valve sangat cocok diaplikasikan ke fluida gas.

IV. Troubleshooting
1. Valve leak
Jika valve tidak bekerja dengan baik maka kemungkinan besar terjadi leak. Bagian yang paling sering terjadi leak adalah pada packing gland. Hal ini bisa diatasi dengan mengencangkan Gland nut. Setelah itu maka periksa kembali putaran handwell, karena setelah mengencangkan gland nut maka akan terjadi gesekan antara packing dengan stem yang menyebabkan handwell susah di gerakkan.
Kebocoran juga biasa terjadi didaerah sambungan body dan bonnet, daerah body, dan disekitar flange. 

2. Kerusakan Fisik
Valve yang tidak bekerja dengan baik kemungkinan juga disebabkan karena adanya kerusakan fisik pada valve itu sendiri, oleh karena itu pemeriksaan fisik sangat penting untuk dilakukan lebih dahulu sebelum adanya perlakuan yang lebih jauh.

3. Pemberian Pelumas
Pemberian pelumas pada valve terutama pada stem, sangat penting untuk menjaga ketahanan valve.

 
back to top